Tahun 2024 diawali dengan penuh optimisme seiring adanya ekspektasi penurunan suku bunga global yang diharapkan dapat memicu aksi korporasi, khususnya Mergers & Acqusitions (M&A). Optimisme ini kemudian sedikit memudar memasuki paruh kedua tahun 2024 akibat tingginya laju inflasi yang memaksa bank sentral untuk tetap mempertahankan suku bunganya, bahkan di beberapa negara harus tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat melalui kenaikan suku bunga.
Kondisi tersebut berimbas pada aksi M&A di Asia Pasifik, sebagaimana tercermin pada penurunan volume M&A di wilayah tersebut sebesar 23% year-on-year (yoy) dan penurunan nilai kesepakatan sebesar 35% yoy di paruh pertama tahun 2024 berdasarkan laporan PwC. Penurunan tersebut dipicu oleh berbagai faktor, antara lain: tetap tingginya suku bunga, meluasnya tensi geopolitik serta melambatnya perekonomian regional.
Namun situasi yang berbeda terjadi di Asia Tenggara. Didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, meningkatnya jumlah penduduk usia muda, dan lingkungan bisnis yang ramah, aktivitas M&A justru cenderung meningkat, khususnya di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Selain itu, lokasi strategis negara-negara ini juga memainkan peranan penting dalam menarik investasi.
Sektor teknologi, perbankan, konsumsi (terutama makanan dan minuman), dan energi terbarukan menjadi target M&A, dalam rangka perluasan pasar dan peningkatan kapabilitas perusahaan. M&A dapat melahirkan korporasi yang semakin solid yang dapat mendorong perekonomian Asia Tenggara ke jenjang pertumbuhan yang lebih tinggi.
Lebih dari itu, sekarang ini di Asia Tenggara potensi M&A juga terus meningkat dengan hadirnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). AI berpotensi mengubah setiap tahap M&A, mulai dari mengidentifikasi target ideal dan menganalisis tren pasar hingga menyederhanakan uji tuntas (due diligence), dan menghasilkan penilaian yang akurat. Kehadiran AI dapat menyederhanakan proses M&A yang rumit. Beberapa negara di Asia Tenggara mulai memanfaatkan kecerdasan AI ini untuk meraih keunggulan kompetitif dan membuat keputusan yang tepat dan cepat selama proses transaksi. Perusahaan yang mengikuti perubahan ini akan memiliki peluang yang baik untuk meraih kesuksesan.
M&A Bersama Mandiri Sekuritas
Pada Juni 2023 lalu, Mandiri Sekuritas sukses merampungkan transaksi M&A terbesar dalam sejarah sektor telekomunikasi di Indonesia, yaitu spin-off serta penggabungan Indihome dan Telkomsel, anak perusahaan PT Telkom Tbk dengan nilai sebesar Rp78 triliun. Dalam Spin-off tersebut, Telkomsel mengeluarkan saham yang setara dengan Rp58,3 triliun untuk Telkom. Transaksi ini membuat kepemilikan efektif Telkom naik menjadi 69,9% dan Singtel di Telkomsel menjadi 30,1%.
Mandiri Sekuritas bersama Goldman Sachs bertindak sebagai Financial Advisor untuk Telkom dalam integrasi yang mendorong fixed mobile convergence (FMC) tersebut. Integrasi ini mendukung Telkom Group menjawab kebutuhan pelanggan dan menciptakan sinergi melalui perluasan jaringan pelanggan.
Sementara pada 2020, Mandiri Sekuritas memainkan peran penting dalam salah satu kesepakatan M&A terbesar dalam sejarah perbankan, yaitu sebagai konsultan untuk akuisisi Bank Permata oleh Bangkok Bank, dengan nilai yang mengagumkan sebesar USD2,7 miliar. Kesepakatan tersebut membawa Bangkok Bank dari pemain utama di Thailand dengan jaringan Asia yang kuat menjadi bank yang kokoh dengan keberadaan yang signifikan di dua ekonomi penting di Asia Tenggara. Hal tersebut menjadi dasar bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Hubungi Mandiri Sekuritas untuk layanan Advisory yang dapat diandalkan dan jadikan Mandiri Sekuritas sebagai mitra tepercaya dalam perjalanan M&A yang lebih mudah dan meyakinkan.